CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 14 Januari 2010

Seminar MIGAS



Pembukaan Seminar Nasional “Panas Bumi Sebagai Sumber Energi Unggulan Jawa Barat” sekaligus Launching Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi dan Launching Program S-2 Panas Bumi ITB di Sabuga ITB, 19 Maret 2008, cukup meriah dengan penampilan group angklung Saung Udjo. Terutama waktu mereka membawakan lagu Bohemian Rhapsody -nya Queen.

Sebenarnya acara sosialisasi dan seminar potensi panas bumi sudah sering sekali dilakukan, tapi sepertinya progress pemanfaatan potensi panas bumi belum banyak beranjak. Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 27.791 MW yang tersebar di 256 lokasi, atau setara dengan 40% dari total potensi panas bumi dunia. Baru 2,73% dari potensi itu yang sudah dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Dari diskusi yang dihadiri perwakilan menteri ESDM, Dirjen Minerba Pabum, Dirut PLN serta akademisi, diungkap beberapa permasalahan yang membuat pemanfaatan panas bumi di Indonesia tersendat: masalah unregulated upstream industry dengan regulated market, pijakan ganda UU Panas Bumi dan UU kelistrikan, perbedaan perspektif Peraturan pusat dan daerah, masalah panas bumi dan hutan lindung, ditambah lagi kekurangseriusan pemerintah dalam menjalankan roadmap mix energy.

Berdasarkan roadmap pemanfaatan panas Bumi Indonesia, target sebesar 2.000 – 3.000 MW di tahun 2008 dan 2012 sebenarnya sangat kecil ungkap Prof. M.T Zen, salah satu nara sumber. Beliau mengusulkan bahwa target kecil itu harus menyimpan harapan besar yakni: memicu industri energi pada umumnya, khususnya industri peralatan pembangkit listrik, meng-establish-kan Indonesia menjadi Negara terkemuka di dunia dalam geothermal technology, serta sebagai strategi jangka panjang dalam ketahanan energi Indonesia.

Pada sambutan acara ini, Rektor ITB memaparkan peran ITB dalam membantu pengembangan panas bumi dengan menyumbangkan inovasi dan modal insani. Salah satu langkah nyatanya adalah dengan melaunching Program Studi Magister Teknik Panas Bumi. Meski dari pengakuan Prof. M.T. Zen, sebenarnya langkah ini juga terhitung lambat, karena jauh hari sebelumnya sebenarnya ITB sudah ditawari bantuan akademis dari New Zealand untuk membangun program studi teknik panas bumi sebagai estafet dari New Zealand yang akan mem-phase out program studi panas buminya.

Untuk lebih mengembangkan penelitian di bidang panas bumi, Prof M.T. Zen mengusulkan pola Energy-Grant University, dengan mengambil analogi dari Land Grant University di USA. Intinya ITB diserahi pengelolaan salah satu sumur geothermal, misalnya di Kamojang, atau ladang geothermal lainnya. Dana yang diperoleh dari pengoperasian sumur ini akan dipergunakan untuk mengembangkan kreativitas pemanfaatan geothermal melalui R&D yang benar.

Andai seluruh potensi panas bumi dimanfaatkan, sebenarnya sudah cukup untuk mengganti semua pembangkit listrik terpasang di Indonesia, sekitar 26.000 MW. Urgensi akselerasi pemanfaatan panas bumi makin mendesak seiring menanjaknya harga minyak dunia yang menembus harga US$ 100/barrel. Ini berarti bahwa harga listrik geothermal makin bisa berkompetisi.

Pemprov Jawa Barat yang memiliki 21,9% potensi panas bumi Indonesia, telah melakukan beberapa langkah percepatan pengembangan pemanfaatan energi panas bumi, dari mulai melakukan survey pendahuluan di Tangkupan Perahu, Tampomas, Cisolok-Sukarame, Sangkan Hurip dan Papandayan, sampai pengusulan penerbitan WKP oleh DESDM yang telah menghasilkan diterbitkannya 3 WKP, yakni WKP Tangkupan Perahu (potensi 100 MW), WKP Tampomas (potensi 48 MW) dan WKP Cisolok (potensi 50 MW). Pelaksanaan proses lelang terbuka 3 WKP di Pemprov Jawa Barat yang dilaunching sekarang ini diharapkan bisa memberi semangat akselerasi pemanfaatan panas bumi di Indonesia.

Sebagai penutup, saya kutipkan epilog dari Prof. M.T. Zen: “Wahai Bangsa Indonesia, mulailah belajar berencana jangka panjang. Membangun bangsa bukan “proyek” sepuluh-lima belas tahun. Ia merupakan perjalanan panjang tanpa akhir. Diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Ini berarti berusaha bukan untuk pribadi atau keluarga. Melainkan untuk Bangsa!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar